Friday 16 December 2011

Rajin Merokok

Banyak hal postif yang kita bisa lihat dari kehidupan orang-orang Indonesia. Orang Indonesia itu kebanyakan ramah, santun dan tidak ragu untuk menolong orang lain sekalipun orang yang tidak dikenal.

Tapi ada juga kebiasaan jelek bangsa ini yang bikin saya gemas, yaitu rajin merokok. Gak heran ya, orang terkaya di Indonesia itu bos pabrik rokok, kekeke.

Kemana saja saya pergi dan di mana saja saya berada paling tidak ada 1 orang yang merokok di sekitar saya. Sebenernya agak mendingan sih, kalau mereka hanya merokok di tempat umum yang terbuka.

Yang bikin hajab itu adalah orang-orang yang kurang tau diri dalam hal rokok-merokok. Contohnya merokok di dalam ruangan tertutup dan/atau ber-AC, merokok di dalam bus/angkutan umum yang jendelanya tertutup semua dan ber-AC atau bahkan merokok di dalam toilet. Agak-agak kurang considerate sama orang lain gitu...

Yah, tapi kalau namanya kebiasaan yang sudah mendarah daging itu pasti tidak bisa dihilangkan begitu saja. Padahal sudah tahu merokok itu tidak baik untuk kesehatan paru-paru kita dan kantong kita.

Terpaksa deh saya pake masker atau terima nasib saja sebagai passive smoker.

Ngantri Toilet 101

Saya merasa seperti orang bego waktu ikut antri di toilet umum di Jakarta. Saya mengantri dengan cara berdiri di samping toilet yang paling dekat dengan pintu masuk (karena saya pikir beginilah cara mengantri toilet yang benar, first in first out).

Eh, gak taunya dalam waktu 2 menit saya sudah diserobot oleh 10 orang ibu-ibu yang sudah kebelet (memangnya yang kebelet loe doank?). Mereka masuk ke toilet langsung melewati saya dan masing-masing mengantri di depan pintu-pintu toilet.

Wah hati saya dongkol juga, mereka main salip saja tapi muka tidak menunjukkan rasa bersalah sama sekali. Lah, akhirnya saya terpaksa maju juga ke pintu toilet yang paling ujung.

Belakangan saya baru sadar, ternyata cara antri toilet di Indonesia itu caranya langsung berdiri di depan pintu toiletnya. Jadi, baris antrian dibuat di depan masing-masing pintu toilet.

Meskipun saya merasa cara antri seperti ini adalah salah (karena tidak adil), mau tak mau harus saya ikuti. Karena kalau saya antri pakai cara yang menurut saya bener, itu alamat saya kencing tahun depan atau kencing di celana ajah sekalian.

Hehe kocak juga ya cara antri toiletnya. If you can't beat them, you join them. So true.

Wednesday 17 August 2011

Pa'Piong Makanan Khas Tana Toraja

Pa'Piong, makanan khasnya Orang Toraja, yaitu daging (biasanya daging babi) yang dibumbui dan dicampur dengan daun miyana lalu dimasukkan ke dalam bambu dan di bakar. Quite exotic, right?

Pertama kali saya mencicipi Pa'Piong itu waktu saya pergi melihat "pesta" nya orang Toraja, yaitu pesta pemakaman. Di pesta pemakaman ini ada beberapa kerbau dan babi yang disembelih untuk disajikan ke para tamu.

Saya lihat sendiri waktu babi babi itu disembelih. Selang 20 menit setelah penyembelihan, salah satu anggota keluarga penyelenggara pesta membawa bambu panjang yang panjangnya sekitar 30cm.

Lalu sambil duduk di samping saya, dia taruh sebakul nasi panas yang masih mengepul di depan saya. Dengan menggunakan sebatang lidi dia mengorek keluar isi bambu itu ke atas sebuah piring besar.

Ternyata isinya daging dari babi yang tadi disembelih, ini namanya Pa'Piong Bai (Pa'Piong dengan daging babi). Campuran bumbu dan daun daun itu membuat warna makanannya agak gelap kehitam hitaman.

Jujur, warna dan tampangnya sih kurang menggairahkan buat saya. Tapi setelah coba dua cicip, ternyata enak juga.

Warning buat yang tidak bisa makan pedas pedas. Salah satu campuran bumbu Pa'Piong adalah cabe. Pa'Piong biasanya bisa pedas sekali.

Kalau pesan Pa'Piong di restaurant biasanya harus "pre-order" dulu, sebab butuh persiapan dan waktu yang lama untuk memasaknya.

Pa'Piong di restaurant restaurant juga biasanya lebih mahal daripada yang di warung warung. Kalau di warung satu porsi Rp 15,000, tapi kalau di restaurant bisa Rp 40,000.

Sunday 7 August 2011

Up for Some Extreme Foods in Tentena?

Buku panduan Lonely Planet untuk Indonesia, 2010 Edition, menobatkan Tentena sebagai rajanya makanan aneh di Sulawesi. Hmm... emang seaneh apa sih makanan di Tentena?

Ternyata sebagian besar makanannya agak ngeri-ngeri, contohnya:

1. Daging Kelelawar

Orang lokal menyebutnya Paniki. Katanya daging kelelawar itu sangat enak dan penuh gizi, soalnya kelelawar itu adalah 100% pemakan buah-buahan. Mereka juga percaya bahwa makan Paniki bagus sekali untuk orang yang mempunyai masalah pernafasan. Bagian favourite saya yaitu sayap Batmannya. Hehehe alot elastis gak jelas gitu teskturnya.

2. Daging Ular

Wah kalau yang ini sih setelah saya coba, langsung ketagihan. Soalnya, dagingnya bener-bener mirip sama seafood. Hehehe maklumlah sayakan pecinta seafood. Dagingnya benar-benar putih bersih, katanya sih kolesterolnya rendah sekali karena semua fat nya berkumpul di bagian perut si ular saja. Dagingnya kaya gizi soalnya si ular tidak mau makan binatang mati, makanannya adalah binatang hidup yang dilahap bulat-bulat oleh si ular. Oh ya, ular yang dimakan di Tentena itu kebanyakan adalah sejenis Ular Phyton. Enaaak banget apalagi kalau digoreng tepung. Aduhai... lidahku meleleh.

3. Daging Anjing

Kode orang lokal untuk daging anjing adalah RW (baca: er-weh). Jujur, kalau yang ini sih udah crossed my line. Jadi yang ini saya gak sentuh sama sekali, jadi ga tau rasanya. Soalnya saya pernah punya banyak anjing piaraan sih. Kan ga tega :-(

4. Daging Tikus Hutan

Aduh mak... kalau yang ini sih juga udah gak masuk hitungan deh. Nyali saya masih belum ada buat nyobain daging tikus. I hate rats! Yuck! Maybe next time?

5. Daging Belut

Kalau yang ini sih terbilang normal buat saya. Soalnya saya suka banget sama yang namanya daging ikan belut. Enak! Rasanya seperti Lele Jumbo. Digoreng terus dimakan sama acar Dhabu-Dhabu ajah udah enaaaak banget!

Friday 5 August 2011

Indonesiaku Cantik Juga

Saya baru selesai ber-backpacking ria di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi selama 5 minggu. Wow, ternyata Indonesia exceeds my expectation.

Rupa-rupanya negri ini cantik juga, hehe jadi bangga rasanya. Dalam hati saya bilang pada diri sendiri "ternyata banyak juga ya tempat-tempat keren kayak begini di Indonesia".

Salah satu yang paling berkesan buat saya dari perjalanan ini adalah Ijen Crater atau Kawah Ijen. Kawah Ijen ini letaknya di dekat Banyuwangi, Jawa Timur.

Pertama kali saya mengenal tentang Kawah Ijen adalah dari karya photographer ternama Amerika, James Nachtwey. Beliau membuat documentary photos tentang sulphur miners di daerah Ijen. Kalau melihat hasil jepretan beliau, saya seperti ingin nangis di tempat karena saking bagusnya.

Karena melihat foto-foto inilah, akhirnya saya bertekad untuk melihat Kawah Ijen dengan mata kepala sendiri. Ternyata Ijen lebih cantik lagi dipandang dengan mata kepala sendiri. Aduhai... aku jadi jatuh cinta.

Jawa Tengah dan Sulawesi juga tidak kalah cantik sama Jawa Timur. Tapi setiap tempat yang saya kunjungi punya charm-nya masing-masing. Saya pikir Indonesia patut diexplore lebih banyak lagi.

Tuesday 2 August 2011

Bus Tana Toraja Jemput Penumpang dan... Babi

Tana Toraja adalah sebuah daerah di Sulawesi Tengah yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Daging babi adalah salah satu daging favorit penduduk Tana Toraja untuk dikonsumsi. Jadi tidaklah heran kalau perternakan babi mudah ditemui di desa-desa di sekeliling Tana Toraja.

Waktu saya naik bus umum dari Rantepao ke Batutumonga, ada kejadian antik yang saya tidak pernah lihat sebelumnya. Bus umum yang saya naik bukan bus besar, tapi lebih mirip mini bus. Bus itu banyak berhenti di tengah jalan untuk menjemput penumpang-penumpang lokal yang hendak pulang ke desa mereka setelah berbelanja di Rantepao (salah satu kota besar di Tana Toraja).

Setelah 45 menit berlalu, salah satu penumpang di dalam bus meminta kepada supir bus untuk mampir ke pasar tempat jual beli babi. Bus pun berhenti di pasar itu selama 20 menit. Saya pikir, palingan juga si penumpang cuman mau beli potongan-potongan daging babi. Kok lama bener sih. Eh, gak taunya yang dibeli si penumpang adalah seekor babi hitam yang masih hidup. Hah, serius loe mau bawa tuh babi ke dalam bus?

Si babi diikat terlebih dahulu ke sepotong bambu. Lalu si supir dan si penjual babi menggotong babi malang itu ke belakang bus. Si babipun diikatkan ke pantat bus (bukan ditaruh di dalam bagasi). Babi itu pun menangis histeris minta tolong, mungkin juga nangis karena dipisahkan dari ibunya. Tangisan babi itu bisa didengar sepanjang perjalanan yang lumayan panjang. Grook... kaing, kaing, kaing grroook grook.

Pertamanya saya merasa hal ini sangat lucu dan fascinating. Lama-lama saya jadi merasa kasihan sama si babi yang terus-terusan menangis seperti orang yang disiksa sepanjang perjalanan bus yang panjang. Bener-bener baru liat pemandangan antik seperti ini. Jadi speechless dan stress juga.

Sunday 31 July 2011

Kematian dan Orang Toraja

Waktu saya bertandang ke Tana Toraja, ada satu hal yang paling mencolok dari kehidupan di Tana Toraja. Kematian.

Kematian adalah bagian yang paling penting dari kehidupan orang-orang di Tana Toraja. Sampai-sampai banyak yang bilang bahwa Orang Tana Toraja bersusah payah mencari nafkah seumur hidupnya hanya untuk membiayai upacara pemakaman mereka.

Oh ya, dan di Tana Toraja orang biasanya bukan bilang "upacara pemakaman" tapi "pesta". Jadi jangan heran ya, kalau kamu di ajak ke "pesta", eh gak taunya diajak ke upacara pemakaman. Pesta pemakaman ini juga ternyata dilakukan pada bulan-bulan tertentu saja, kalau kata mereka namanya "musim pesta".

Setelah berbincang dengan penduduk setempat, saya baru tahu kalau kebanyakan Orang Toraja tidak langsung dikubur setelah kematian. Dikubur setelah satu atau dua tahun setelah kematian itu sudah sangat umum di Tana Toraja. Rupanya mereka menunggu supaya sanak saudara yang jauh-jauh bisa dikumpulkan untuk datang ke pestanya. Ada juga yang menunda pesta sampai bertahun-tahun karena alasan dana. Kalau dana sudah terkumpul, barulah pesta kematian dilangsungkan. Si orang yang sudah meninggal biasanya disuntik dengan formalin, didandani dan di taruh di dalam peti mati. Peti matinya pun dihias, dibuka dan disimpan di ruangan khusus di rumah keluarga.

Unik banget ya? Apa hal yang seperti ini mungkin cuman terjadi di Tana Toraja? Saya gak tahu pasti. Cuman yang saya tahu, Tana Toraja adalah salah satu tempat dari sedikit tempat di Indonesia yang masih memegang kuat akar budaya mereka sampai hari ini. Hal ini bisa dilihat dari kehidupan sehari-hari mereka. Jadi salut sama Orang Toraja.

Wednesday 13 July 2011

Horor di Dalam Gua

Tidak semua Orang Toraja yang sudah meninggal dikubur di dalam tanah. Ada juga Orang Toraja yang dikubur di dalam gua. Sebenarnya sih bukan dikubur tapi disimpan.

Setelah 'pesta pemakaman' selesai peti mati pun dibawa ke dalam sebuah kompleks pemakaman gua, dan disimpan di dalam gua tersebut.

Salah satu kompleks pemakaman gua di Tana Toraja adalah Gua Londa di sebelah utara Kota Makale, Tana Toraja. Konon, gua ini adalah kompleks pemakaman gua tertua di Tana Toraja.

Saya dan teman-teman bayar Rp 5000 masing-masing untuk tiket masuk. Berhubung di dalam gua sangat gelap, kita memerlukan lampu minyak untuk menerangi gua untuk bisa melihat isi gua.

Setelah melewati pintu masuk, banyak guide yang menawarkan service nya dan sekaligus membawakan lampu minyaknya. Rate mereka adalah Rp 25000 untuk sekali tour.

Berhubung teman-teman saya budget nya super strict akhirnya kami tidak menyewa guide. Kami pun masuk ke dalam gua hanya dengan menggunakan head lamp yang kami bawa.

Kebetulan orang yang baru masuk sebelum kami menyewa guide. Jadi pas di dalam gua saya sekalian nimbrung dengerin cerita si abang guide sambil numpang liat-liat pake lampu minyaknya si abang guide.

Hihihi duh... I feel like a stingy a$$.

Di dalam gua banyak tengkorak terserak di dinding gua, atap gua dan di lantai gua. Rupanya peti-peti kayu yang digunakan untuk menyimpan tubuh akhirnya rapuh dan pecah setelah bertahun-tahun lamanya. Alhasil, tengkorak pun berserakan di mana-mana.

Saya sih gak begitu serem liat tengkorak-tengkorak berserakan di dalam gua. Rasanya biasa ajah. Kami pun terus mengikuti si abang guide menyusuri gua yang gelap itu. Lalu dia pun bercerita bahwa ada lorong dari gua kanan yang bisa nyambung ke gua kiri, tapi harus merangkak.

Karena berbadan gede, saya akhirnya lewat pintu masuk depan gua saja.

Sebelum kami meninggalkan gua pertama, dia sudah bilang bahwa ada mayat yang baru disimpan di dalam gua 2 bulan yang lalu. "Tapi ada di gua sebelah" ujarnya. Okelah, siapa takut!

Setelah saya sampai di gua sebelah, memang benar ada sebuah peti kayu di dekat pintu masuk gua yang kelihatannya masih baru. Peti itu ditutupi sebuah kain putih.

Si abang guide dengan santai menarik kain itu dan menjelaskan kepada tamunya "Nah, ini orang mati baru masuk gua 2 bulan yang lalu".

Hiiiy!!!! Saya berteriak histeris (tapi hanya di dalam hati)! Saya sampe speechless karena shock berat. Di atas peti mati itu ternyata ada lubang kotak yang ditutup dengan kaca yang tembus pandang.

Dari kaca itu kita bisa melihat jelas wajah sang mayat yang ternyata adalah seorang pria.

Tubuhnya masih utuh, tapi wajahnya sudah menghitam, bibir dan bagian matanya sudah hitam kebiru-biruan campur sedikit hijau. Belatung pun sudah mulai berkeluaran dari dalam hidung si mayat.

Mayat yang sudah disuntik formalin, decomposing process nya lebih pelan walaupun peti mati telah ditutup selama berbulan-bulan.

Tamunya si abang guide pun langsung sibuk jeprat-jepret memfoto wajahnya sang mayat. What the f...?!

Saking shock nya saya gak bisa lihat pemandangan itu lagi dan saya langsung lari ke luar gua.

Baru kali ini saya melihat jelas mayat yang sedang decomposing. HOROR! INI HOROR NAMANYA!

Dalam hati saya bertanya, kenapa pula orang yang sudah meninggal jadi tontonan para turis seperti ini? Rupanya untuk penduduk setempat itu sudah biasa.

This is definitely something that has crossed my line. Anyways, who am I to say it's wrong?

Buktinya di China, mayat Mao Tze Dong di awetkan dengan formalin dan dipajang di dalam peti kaca di dalam sebuah museum untuk menjadi tontonan para pengunjung. Nasib seorang diktator :-p

Friday 1 July 2011

Gudeg Paling Enak Di Yogya?

Mencicipi makanan yang dimakan oleh penduduk lokal adalah salah satu point terpenting dalam setiap agenda perjalanan saya.

Termasuk waktu keYogya. Kalau 100 orang Yogya ditanya apa sih makanan khas Yogya? Semuanya pasti jawab, Gudeg. Memang gak salah kalau Yogya itu disebut Kota Gudeg.

Kalau begitu di mana Gudeg yang paling enak di Yogya? Well, memang enak itu relative.

Tapi kalau kata penduduk lokal (ini katanya loh) restoran-restoran Gudeg yang paling enak di Yogya itu ada di Jalan Widjilan.

Tanpa banyak bicara, saya pun menyeret teman-teman saya langsung menuju ke Jalan Widjilan. Seorang teman yang orang lokal merekomendasikan Gudeg Bu Widodo yang ada di jalan itu juga. Ternyata setelah dicicipi, memang lain.

Gudeg Bu Widodo, kreceknya besar-besar dan warnanya bikin nafsu. Sayur Gudegnya pun terlihat segar. Wah... gak nyesel mati-matian jalan kaki dari Jalan Maliboro ke Jalan Widjilan. Hehehe setelah makan, hati pun senang. Burp... oops.